18.5.15

akibat melihat tembok putih

Gue sekarang merasa bego banget karena selalu pengen dianggap dewasa sama orang-orang, dan menjadi dewasa, di umur gue yang belum dewasa.

Gue selalu punya mindset visioner yang selalu menganggap diri gue adalah orang yang sudah dewasa, semua di sekitar gue adalah bocah, dan masalah-masalah yang dihadapin terlalu anak-anak banget. Gue selalu prioritize masalah-masalah yang lebih berat dan mengesampingkan masalah yang gue anggap minor kayak masalah percintaan, gosip-gosip antartemen yang lagi happening, kayak itu gak cukup urgent untuk dipedulikan.

Then it hits me. Sebuah pemikiran yang cukup dalam setelah ngelihatin tembok putih di kamar tidur selama 7 menit.

Pertanyaan pertama adalah kenapa? kenapa gue selalu mengesampingkan masalah minor itu? masalah sebenarnya tetap masalah, terlepas itu besar atau kecil, all I thought adalah it's not quite urgent jadi bisa di solve nanti.

Banyak orang-orang menyesali hidupnya karena simply mereka sama kayak gue, memprioritaskan yang lebih penting atau besar, melupakan yang kecil, sampai akhirnya sadar masalah kecil itu lama-lama jadi besar. Atau mungkin juga mereka mengejar sesuatu yang disebut 'dewasa', sampai merelakan masa-masa 'belum dewasa' nya.

Ibarat puntung rokok yang dibuang sembarangan di hutan, masalah kecilnya adalah seorang penebang terlalu malas untuk mematikan rokok itu, dibuang sembarangan, lama-lama api kecil dari rokok membakar seluruh hutan, terus penebang akan menyesal. Dari penebang yang pengen dapet kenaikan gaji, kerja dengan semangat supaya semakin banyak pohon yang bisa ditebang, dan dijual. Malah akhirnya, semua yang diinginkan in the end gak tercapai.

Simpelnya, kalo gue yang masih umur 17 tahun ini terus-terusan mikirin problem umur 25 tahun. Nanti kalo gue udah 25 tahun, gue mau mikirin apaan? masa gue mau balik mikirin masalah di umur 17 tahun? Masalah nyari pacar yang udah terlalu telat. Temen-temen gue udah pada ngasi undangan nikah, dan gue masih nyari pacar.

All I need to do adalah menyesuaikan problem yang ada pada diri gue dengan usia yang sedang gue jalani.  

"It will be best to let everything shows up on it's own way, and on it's own time."

Kalo gue masih muda, gue harus berpikir muda, dan gak perlu berpikir 'terlalu' dewasa, bukan karena gue masa bodoh dengan kedewasaan. Tapi karena gue gak mau nanti ketika gue dewasa, gue menyesal kenapa dulu gue gak menghidupi dunia remaja gue selagi gue bisa.

Spent 7 minutes thinking, 37 minutes putting it on this post.
Penulisjournal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komen biar dapet permen.

adventurer

Satu yang tidak pernah bergerak mundur... waktu. Satu titik pivot dalam hidup adalah ketika gue memutuskan keluar dari full-time vendor wedd...