21.6.23

adventurer

Satu yang tidak pernah bergerak mundur... waktu.

Satu titik pivot dalam hidup adalah ketika gue memutuskan keluar dari full-time vendor wedding yang cukup ternama untuk mengejar karir di dunia komersil.

Beberapa bulan pertama pandemi menyerang, gue nyesel banget mikirin kenapa gue keluar ya?

Pemasukan sempet pas-pasan. Mencoba mencari hikmah di balik itu semua.

Tapi gak nemu tuh jawabannya.

...

Sampai fast-forward 2,5 tahun berlalu, banyak banget pengalaman yang terjadi. Excitement yang mungkin gak bisa gue ambil ketika gue masih disana.


Gue bisa diterbangin ke Singapura, bolak-balik Bandung, Bogor, shoot prewed di Bali, Jogja beberapa kali dalam setahun dan buka studio foto.

Shoot artis dan influencer besar seperti Raditya Dika, Prilly Latuconsina, Saykoji, Putri Delina, Titan Tyra, Awkarin, Molita Lin, Juliana Stephanie. 

Bikin video compro buat Gramedia, pabrik kardus, pabrik boneka, pabrik Lungene, pabrik baju. 

Brand-brand gede juga sempet masuk kayak Nevada, Playboy, Flip, Advance, Azarine, SAFF n co, Colorbox dan masih banyak lagi.


Ketemu client-client kaya yang gak banyak minta, gak pake nego.

Ketemu client-client yang terlihat kaya di ig tapi nego mulu sampe gakuat akhirnya gue ghosting.

ketemu client-client budget yang banyak mau, herannya client budget ini mirip-mirip. revisinya banyak, selalu minta hasil cepet tapi giliran pelunasan kayak lagu Mahalini. Lalu pergi dan menghilang.


Ada pendewasaan yang gue lihat dalam diri ini, salut sih seorang introvert seperti gue bisa survive di dunia pusing ini. Walaupun kadang sering mikir ini mungkin faktor hoki dan mulut ke mulut, but I guess I did pretty good and that happened already. So it is a history worth-sharing?

Upcoming di bulan Agustus gue juga akan ke Paris, Italy dan negara-negara Eropa lainnya. Menurut gue ini salah satu pencapaian di karir video sih.


Pertanyaan gue di 2020 akhirnya terjawab dengan proses, walau awalnya ragu apakah ini keputusan yang tepat..?

Sekarang ini adalah keputusan terbaik. Bukan karena dibandingkan, tapi karena ini yang gue pilih.


And that is me, an adventurer. Seeking what can life be. 


Looking forward to what can be.

penulisjournal.

28.10.21

kenapa gua sekarang nulis jadi berat banget ya

setiap tahun rasanya semakin berkesan. semakin nyata.

problem hidup jauh lebih ngena aja.

ibarat dulu sakit itu ketika ditampar, sekarang sakit adalah disirem air panas sambil ditampar nonstop 24 jam.


di tahun ini gue banyak ditegur hidup.


ditegur untuk berpikir, apa motivasi dan makna hidup gue, 

sempat ragu dengan karir mau lanjut kemana,

struggle menemukan orang yang tepat untuk menjadi pasangan hidup,

mencari cara bahagia.


di awal tahun, semua adalah pertanyaan.

menuju akhir tahun, semua mulai terjawab.


kalo gue baca post sebelumnya, gue bener-bener bocah galau hilang arah. padahal itu literally tetep gue beberapa bulan lalu, tapi gue pun merasa wtf pas baca postnya.


ternyata hidup itu enak ketika ga terlalu banyak dipikirin. harus berjalan sesuai arus.

misteri arus itu akan membawa kita kemana, itu yang bikin seru.


di bulan ini gue mencoba beberapa hal baru.

coba masuk crypto, pacaran sama temen baik gue, mau mulai franchise.


dan gue sendiri excited dengan update yang mungkin terjadi nanti.

but until then,


to the moon,

penulisjournal.

29.6.21

 i don't even know where to begin, i just feel like nothing really works with my relationship life.

up to the point it got me thinking, maybe i deserve to be alone.

i tried to heal and believe that love still exists.

yet things just don't add up.


while seeing everyone, finding theirs special someone.

i wonder where you are? are you even there?


i ask the universe, don't let me down this time.

or is this the sign, to give up on love?

16.5.21

is it?

 is it okay to hope?


i mean, these days are just getting scary y'know.

scary enough to lose hope.


that when you like someone,

it feels scary that she doesn't like you back.

or that she doesn't return your feelings.


will it be easier to be alone?

but when the rain and darkness hits,

loneliness is all you feel.

10.4.21

memilih sisi

tahun lalu, 70% dari 365 hari mungkin diisi dengan pertanyaan dalam hati, 

"Kenapa ya gue gak hepi sama hidup gue?"


sekarang di tahun ini, gue malah bertanya, "Kenapa sih gue mikirin pertanyaan itu terus?"

padahal kalo dipikir-pikir, sebenernya dalam hidup ini gue sering merasa bahagia.

cuman gue terus fokus untuk melihat alasan-alasan untuk tidak hepi dalam hidup.


yang gue pelajari banget adalah hidup ini masalah memilih sisi.


A grandfather told his grandson,
"Our life is the battle between two ‘wolves’ inside us.

One is evil. It is anger, envy, jealousy, sorrow, regret, greed, arrogance,  
self-pity, guilt, resentment, inferiority, lies, false pride, superiority, and ego. 

The other is good. It is joy, peace love, hope serenity, humility, kindness,  
benevolence, empathy, generosity, truth, compassion, and faith.”

The grandson though about it for a minute and then asked his grandfather, “which wolf wins?”
The grandfather simply replied, “the one that you feed.”


terlalu banyak berpikir membuat gue sempat kehilangan prinsip dan kebenaran yang gue pegang.

padahal seharusnya hidup itu sesederhana mengetahui apa yang menurut kita benar, dan tinggal diikuti saja.


cuman terkadang kita terlalu larut dalam kenyamanan palsu yang membuat kita merasa itulah kebahagiaan.


padahal ya semu. 

penulisjournal.

18.11.20

update nov 2020

Gak kerasa udah setahun covid menyerang Bumi. Pertama kali muncul di China sekitar November 2019.

Awalnya gue takut karir gue sebagai videografer akan berakhir karena pekerjaan jasa pasti ketemu banyak orang dan social distancing was number one on every news.

Tapi namanya orang-orang Indo, jiwa survival untuk dompet lebih tinggi ketimbang survival hidup. 

Job gue per Juli kemarin juga udah balik normal, client-client pada contact butuh konten dan kerjaan jadi padat kembali. Gak gitu beda sama tahun lalu, ada sih bedanya sekarang napas jadi lebih susah gara-gara pake masker. 

Walau belum akhir tahun, gue merasa tahun ini gue belajar banyak banget.

Gue yang putus, mencoba belajar hidup sendiri.

---

Fyi, gue sempet jatuh cinta lagi sama seorang cewek and it was for only 3 months then we break up.

From that I learned, that it is very hard to find someone and be committed. Banyak hal yang akan lu korbanin ketika lu mau bertahan dengan seseorang. Entah karir, waktu atau pikiran.

Jujur gue sedih banget pas putus. But I do know for a fact inilah yang terbaik buat gue sekarang dan gue yakin dia juga mikir hal yang sama untuk masing-masing dari kita.

Gue sayang dia, gue mau dia bahagia. 

Tapi kalo gue bukan orang yang bisa bikin dia bahagia, gue gak mau egois dan mikirin kebahagiaan gue sendiri. Gue mau dia juga hepi, walaupun harus sama orang lain.

---

Gue belajar juga kalo temen-temen lu itu penting. Mereka bisa mengisi hari-hari lu dan secara gak langsung ikut menulis cerita dalam hidup lu. Dibandingkan tahun lalu, tahun ini temen gue beda total. But having different experience juga membuat gue merasa menjadi orang yang baru dengan pemikiran yang lebih luas lagi.

---

Tentang kesepian, gue belajar kalo ternyata introvert juga bisa takut sendiri. Rutinitas pekerjaan gue membuat hari-hari gue terkesan monoton. Seru sih kerja, ketemu orang baru, pengalaman baru. Tapi ya that's it. I don't think meeting new people brings joy to my heart. Dari situ gue sadar, gue masih punya tanda tanya besar tentang self-love gue. Gue masih bingung, gimana sih cara bikin diri gue happy?

Semoga soon gue bisa tau.

---

Soal target hidup, mungkin di tahun ini gue banyak banget berserah. Kayak jadi orang go with the flow, gak gitu termotivasi mengejar target and it kinda makes me unhappy. Aneh sih, karena kebanyakan orang nyaman dalam kesantaian. Sementara ketika gue gak produktif, rasanya hidup gue gagal aja hahaha. Sekarang gue pengen banget, jadi orang yang lebih tertata lagi. Punya target, visi dan tujuan hidup yang jelas. Pengen baca buku juga, dan gak cuman ngomong aja tapi bener-bener gue lakuin.

---

Rants ini emang gak ada strukturnya, apapun yang ada di otak gue, langsung gue tuangkan dan tujuannya emang biar gue gak terlalu stres aja. Tulisan ini bukan ditulis untuk kalian, tapi untuk gue sebagai pengingat kalau gue pernah di posisi ini.


ni hao bu hao,

Penulisjournal.

12.10.20

lari jam 7.30

 seharian dirumah itu enak. seenggaknya untuk seorang introvert seperti gue.


gue bangun jam 7.30 pagi hari ini. karena kemaren diajak lari pagi, sama dua ekor temen gue.

gue chat si A, gak ada kabar. setelah jam menunjukkan pukul 8, gue memutuskan untuk contact temen satu lagi dan mendapat info kalo si A yang ngajak lari, malah gak bangun.

(bangke tau gini kan gue bisa tidur sampe siang.)

---

gue orangnya kalo udah bangun, susah tidur lagi. akhirnya gue gak tidur lagi, dan kerja sampe tiba-tiba muncul chat klarifikasi dari A, kalo dia udah sempet bangun jam 7 dan ketiduran. (gatau ini bohong apa engga, intinya dia yang ngajak malah dia yang gak jalan. bangke.)

---

skip skip,

akhirnya hari ini kita jadi lari, tapi jam 7.30 malem. awalnya gue mau sepedaan aja, takut kena php dua kali. tiba-tiba di chat, "otw."


ya seenggaknya jadi,

penulisjournal.



happy with stories

setiap bangun pagi, hal pertama yang gue lakukan adalah ngambil hp buat cek jam, lalu buka instagram dan liat ig stories.

ada yang habis makan enak, disurprise-in ulang tahun, dibeliin bunga sama pacarnya, nongkrong sepedaan rame-rame, pamerin jem tangan, married, pergi ke luar negri, ya pokoknya banyak.

dan rata-rata yang gue lihat adalah emosi-emosi positif... yang anehnya malah membuat gue terkadang jadi negatif dan berpikir,


"kok gua gak sehepi mereka ya?"


...


lalu setelah gue berpikir lagi, ternyata bener juga kata orang-orang kalo instagram itu toxic.

secara gak sadar, mudah banget untuk kita mengakses informasi dan melihat kebahagiaan orang lain. dan jadi mudah juga untuk constantly ngebandingin hidup "bahagia" mereka dengan hidup diri sendiri.


nontonin ig stories kebanyakan bikin gue berpikir kalo, "hidup gue flat banget ya cuman bangun tidur, makan, kerja, terus tidur lagi."


secara gak sadar lagi, berkat ig stories gue membuat standar minimum kebahagiaan gue semakin tinggi.


seakan-akan kalo gak punya pacar, gue gak akan hepi. 

kalo belom jalan sama temen tiga kali seminggu, gue gak akan hepi.

atau kalo belom travel keliling dunia, gue gak akan hepi.


ya padahal yang orang-orang gak sadari, gak mungkin juga orang hidup setiap hari se-happy itu. 

apa yang kita lihat di ig stories itu sebenernya ya highlights aja, sesuatu yang udah dipilih untuk dinikmati orang-orang.


ibaratnya dalam satu hari, paginya kena macet, siang makan bareng temen-temen di restoran, sore berantem sama pacar, malem kerjain deadline.


tapi yang di post di ig story cuman pas makan bareng temen aja.


see how our society shapes our mind nowadays? toxic isn't it?


jadi sebuah pertanyaan untuk teman-teman gue yang hobi post ig stories,

"are you really that happy? or just pretending to be happy?"

4.7.20

sampai jadi debu



Hai,

Ingatkah kamu saat kita masih sedekat nadi, sebelum sejauh matahari?

Ketika kita masih mengisi hari satu sama lain. Menertawakan cerita di malam perjalanan pulang ke rumah.
Pada tengah malam, aku berdoa dan tersadar, bahwa kamu telah mendiami ruang dalam hatiku.

Aku pernah bilang kalau lagu ini mewakili perasaanku.
Sampai saat ini. Bahkan ketika ku tak lagi melihat sudut wajahmu.

Ketika "kita" sudah bukan lagi kata yang kugunakan untuk aku dan kamu.
Ketika “kamu” meninggalkan “kita”.

Saat mengingatmu, kupejamkan mata dan terus mengulang lagu ini.
Percayalah, banyak rindu yang berusaha keras membongkar pertahananku, sembari menuang tulisan ini.

Dan untuk kamu, yang suatu saat mampir dan membaca ini.

Apa kabarmu? Bagaimana hari-harimu?

Begitu banyak hal yang ku ingin tanyakan. Namun hati ini rapuh.

Maaf atas hal kecil yang sering membuatmu marah,
Atas niat baikku yang selalu kau pandang salah,

Pada tengah malam, aku masih terus berdoa, agar kamu baik-baik saja disana.

Kita pernah melengkapi satu sama lain.
Langkah kita pernah seirama.
Doa kita pernah satu rupa,
Tangan kita pernah tak hendak melepas.

Aku hanya ingin kau tahu, bahwa hari ini aku memikirkanmu.
Dan aku tak tahu lagi dirimu ada dimana. Sudah lama kita tidak menyapa.

Namun bahagialah. Karena aku pun bahagia bila ini maumu.
Dari aku yang masih mengingatmu, terima kasih.

16.6.20

voor dilan #iv - kaulah ahlinya bagiku

aku kira pasti kamu,
saat aku berpikir menikahimu.

bertumbuh bersama,
semua sesederhana itu,
tanpa ragu.

walau realita ini pahit,
jujur dan sakit.

namun inilah yang terjadi,
dan biarlah semua menjadi kenangan.

aku mengingatmu,
dan hanya kebaikanmu.

dimana kamu?
bahagiakah kamu?

sampai waktu ini dituangkan,
aku masih terkadang meragukan realita ini.

bahwa hidupku saat ini,
tidak lagi seperti dahulu.

jujur hatiku tidak lagi mau kamu,
yang palsu, bahkan untukku.

tidak bisa lagi kutemui kejujuran,
tidak bisa lagi kupercaya.

hidup dalam kenangan palsu,
terkadang bisa menyenangkan.

10.1.20

a goodbye letter.

Hey,

if you ever read this by chance.

I just want you to listen to this song, because it explains more than how I can put my feelings for you.





Rich Brian’s “Drive Safe” seems to feature two distinct narrative, in the first verse, Brian is seemingly reminiscing on the past in relation to where his life is headed. Thus the song begins with him alluding to the day that he decided to “go rogue”, as in break away “from the pack” and do his own thing. And in doing so he faces both external and internal challenges. However, he has apparently stayed committed to achieving his goals, even though to date he has not definitively realized them. (I know that I put much effort to my career. I lost you because I give you freedoms to be whoever you want and I never regret that it ends up this way.)


But the tone of the chorus and specifically the second verse is different. The second verse (even though it features Rich briefly rapping about himself) is mostly dedicated to what appears to be a romantic interest who he now has a “broken” relationship with. But apparently they are still involved. Indeed the titular term “drive safe”, which is found in the chorus, is directed specifically towards her. And what Rich seems to be telling her is basically to be cautious, in a general sense, concerning how she conducts her life. (We are broken and in the end I still want you to 'drive safe' on your own.)

Indeed on a wider scale, considering the intrinsic ambiguity of the first verse, it can be concluded that Rich is also imparting this selfsame message not only to himself but also the listening audience. And in that regard, the sentiment he seems to be putting forth is that once again people should be cautious and arguably even diligent in the pursuit of their dreams, especially when they are so deep in the quest that there is no turning back. But for the most part this a love song, where Brian is telling his significant other to know that she indeed means a lot to him. Furthermore he tells her that she should be careful in choosing her movements also. (Now, I know this is the path that I chose and there is no turning back. you did mean a lot to me... but I moved on. Now that we are on our own path, please be cautious for whatever you do.)

Thank you for your time.

you know who you are,
Penulisjournal.

adventurer

Satu yang tidak pernah bergerak mundur... waktu. Satu titik pivot dalam hidup adalah ketika gue memutuskan keluar dari full-time vendor wedd...