28.8.16

Um... Lo siapa ya?

Sejak masuk kuliah, gue baru sadar gue punya penyakit.

Penyakit ini bernama Prosopagnosia... dan gue tau lo pasti males search di Google.

Simpelnya ini adalah penyakit 'Gak-bisa-hapal-muka-orang.'

Awal masuk kuliah, gue dituntut untuk kenalan sama orang-orang baru dan gue pun (terpaksa) kenalan. Beberapa hari pun berlalu, sejak itu banyak orang gak dikenal mulai menyapa gue, bisa di lift, di wc, lagi jalan, ataupun pas gue lagi nyari makanan di kantin. Dan gue yang kayak,

'Hah kok dia bisa tau nama gue?'

Setelah perenungan selama beberapa hari, gue baru menyadari gue (ternyata) gak bisa hapal muka orang.

Symptoms:
1. Gue bisa inget gue kenalan sama siapa aja, tapi gue gak inget muka-muka mereka (Bahkan setelah 4-5 kali ketemu.)
2. Jam 7 pagi gue kenalan sama orang, jam 12 siang gue mencoba untuk ngajak kenalan orang yang gue ajak kenalan tadi pagi.
3. Paling enggak gue bisa bedain cowok sama cewek.

Jadi mungkin bagi beberapa orang yang menderita penyakit ini juga, ini survival tips untuk kalian, teman-temanku.

1. Hapalin suaranya.
2. Cari keunikan dari subject (Warna rambut, bentuk kacamata, letak tai lalat.)
3. Tunggu sampe temennya panggil nama dia.
4. Hapalin baju/sepatu yang dia pake.

Things got worse ever since gue menjadi Ketua Oranye karena anggotanya sekarang berjumlah 37 dengan maba sekitar 23 orang, which means gue harus menghafal minimal 23 wajah baru. (Oh God why.)

Dan moral yang gue dapat dari penyakit ini, keunikan diri itu penting. Supaya lo mudah dikenal dan dihapal orang (Khususnya orang-orang seperti gue.)

(Gue akhir-akhir ini emang lagi selalu mencoba mencari sisi positif dari kemalangan hidup, jadi harap maklumin.)

Kayaknya kita pernah kenal?
Penulisjournal.

3rd Sem.

Apa yang terjadi ketika gue kembali ke kuliah tahun ini?

Semester 3. Awal yang baru untuk hidup baru. (That's right, I'm just trying to fit in some cliche phrase to make this post look good.)

#UntarLife gue dibandingkan dengan tahun lalu jauh berbeda. Short summary untuk tahun lalu mungkin seperti, 'dion-si-anak-maba-introvert-susah-bergaul-jaga-jarak-sama-anak-aneh.'

Menggantikan jabatan menjadi ketua salah satu LBM (baca: ekskul) di Universitas memang membuat gue sekarang ini jadi cukup sibuk. Mulai dari 'urus pendaftaran mahasiswa baru yang mau gabung, design poster sana-sini, urusin percetakan majalah, hingga rapat-rapat yang terus bermunculan tiap minggunya'. Simply said, banyak kerjaan! (Bahkan sampe gak bisa update blog...)

Dimanapun orang pasti males denger hal negatif, jadi kalo ditanya, 'Terus nilai positif apa yang lu dapet?'

Jawaban:
1. Nambah temen
2. Udah

Gak juga deh, sebenernya ada ilmu-ilmu baru yang gue peroleh salah satunya ilmu berbohong hasil didikan game Werewolf di Telegram. (Anyway, this app is sure happening atm.)

Dan salah satu tips untuk mengakrabkan suasana organisasi baru adalah dengan bermain game dan it really works.

Ngomong-ngomong soal organisasi, jumlah anggota LBM jurnalistik gue yang bernama Oranye ini mengalami peningkatan pesat sampe gak masuk akal.

Dibandingkan tahun lalu yang jumlah anggotanya 23 orang, 19 orang sempat keluar karena mau skripsi jadi tersisalah 4 mahasiswa (termasuk gue.)

Dengan harapan yang cukup kecil, gue dan teman lainnya berupaya untuk meningkatkan jumlah anggota. Dari menaruh hanya 20 kertas formulir pendaftaran (Cuman 20 karena takut gak ada yang ambil dan malah jadi sampah), tiba-tiba pada sore hari kertasnya hilang!

Gue omelin anggota yang jaga booth dan jawaban dia,

'Itu semua habis gara-gara diambil kok.'

Meskipun sempat berpikir 'Kok-ada-yang-ambil-ya', dengan cukup optimis gue fotokopi formnya lagi takut kurang, dan sekarang anggota yang dari 4 orang itu di awal bulan berubah menjadi 36 orang. (9 kali lipat...)

Tapi dibalik semua kesedihan karena anggota yang terlalu banyak dan takut sulit diatur, gue berterima kasih banget buat yang setiap tangan yang mengambil formulir. Tanpa kalian, gue bukan siapa-siapa. Apa sih artinya ketua kalau tidak ada anggota untuk dipimpin? (What is wrong with me, this is too poetic to handle.)

Sure this post is quite long to read. Karena banyak curhatan numpuk yang dipaksa untuk masuk dalam satu post, gini deh hasilnya.

We are Oranye,
Penulisjournal.

adventurer

Satu yang tidak pernah bergerak mundur... waktu. Satu titik pivot dalam hidup adalah ketika gue memutuskan keluar dari full-time vendor wedd...