4.7.20

sampai jadi debu



Hai,

Ingatkah kamu saat kita masih sedekat nadi, sebelum sejauh matahari?

Ketika kita masih mengisi hari satu sama lain. Menertawakan cerita di malam perjalanan pulang ke rumah.
Pada tengah malam, aku berdoa dan tersadar, bahwa kamu telah mendiami ruang dalam hatiku.

Aku pernah bilang kalau lagu ini mewakili perasaanku.
Sampai saat ini. Bahkan ketika ku tak lagi melihat sudut wajahmu.

Ketika "kita" sudah bukan lagi kata yang kugunakan untuk aku dan kamu.
Ketika “kamu” meninggalkan “kita”.

Saat mengingatmu, kupejamkan mata dan terus mengulang lagu ini.
Percayalah, banyak rindu yang berusaha keras membongkar pertahananku, sembari menuang tulisan ini.

Dan untuk kamu, yang suatu saat mampir dan membaca ini.

Apa kabarmu? Bagaimana hari-harimu?

Begitu banyak hal yang ku ingin tanyakan. Namun hati ini rapuh.

Maaf atas hal kecil yang sering membuatmu marah,
Atas niat baikku yang selalu kau pandang salah,

Pada tengah malam, aku masih terus berdoa, agar kamu baik-baik saja disana.

Kita pernah melengkapi satu sama lain.
Langkah kita pernah seirama.
Doa kita pernah satu rupa,
Tangan kita pernah tak hendak melepas.

Aku hanya ingin kau tahu, bahwa hari ini aku memikirkanmu.
Dan aku tak tahu lagi dirimu ada dimana. Sudah lama kita tidak menyapa.

Namun bahagialah. Karena aku pun bahagia bila ini maumu.
Dari aku yang masih mengingatmu, terima kasih.

adventurer

Satu yang tidak pernah bergerak mundur... waktu. Satu titik pivot dalam hidup adalah ketika gue memutuskan keluar dari full-time vendor wedd...