26.4.15

Break-even point

Udah lewat 12 hari sejak UN selesai. Gue sedang menikmati periode libur sekolah sampai Agustus baru bakal masuk lagi ke kuliah.

Libur yang beda, karena liburnya panjang banget, 3 bulan.
Libur yang beda, karena setelah liburnya selesai, gue gak balik lagi ke sekolah seperti biasanya.

Terkadang gue masih sulit percaya kalau akhirnya gue mencapai akhir dari 3 tahun di SMA. Periode liburan akhir yang dulu dirasakan kakak kelas sekarang sedang gue rasakan. Terkadang masih sulit dipercaya sih, even tho I know it really happens.

Selama 12 hari pertama liburan, gue pergi nonton dan makan sama temen-temen, ikut party sweet 17 terakhir yang ada di angkatan gue, BBQ dan nginep di rumah temen gue. Tapi terkadang ada hari di mana gue bingung dan gabut, mengendap di rumah. Terkadang, gue merasa kangen sekolah.

Meskipun harus bangun jam 5 pagi, dengan jiwa belum terkumpul dan terpaksa mandi, melewatkan 7,5 jam untuk menunggu di dalam sebuah ruang kelas, lalu mendengarkan ceramah yang beda tipis sama obat tidur.

Gue mau semua itu ada lagi.
I miss those useless waiting in class, melihat jam setiap 5 menit, menunggu istirahat, menunggu pulang, jalan sama temen. Terkadang, gue merasakan ada yang hilang. Rutinitas repetitif yang sudah melekat di kebiasaan gue akan menghilang. 

Di pertengahan Mei nanti, gue akan mengisi hari-hari dengan menyibukkan diri untuk kerja. Sama seperti teman-teman lain pada umumnya. Ada yang part-time di restoran, kerja di toko, bantuin bokapnya, atau ada juga yang cuma ngabisin duit dengan jiwa hedon. (about what kind of thing I work on will be written later on a single post).

Rasanya belum lama gue menulis post farewell sama Putih-Biru (baca: SMP), sekarang gue udah pisahan juga sama Putih-Abu.

So let this post counts as the breaking point of what separates my High School life with my College life.

Good-bye, Putih-Abu.
Penulisjournal.

5.4.15

things were all good yesterday

After all complains to this repetitive situation
Finally a single thought comes to mind
As I look up to my 17-year-old self
Asking, what will 'You' do now?

Easy works, expected reality, even sometimes still far from my dreams
Now it's moving away, getting out of reach.
Setting out my foot to find another dreams, or maybe reality
I'm not ready. I'm still far from ready.

Leaving everything behind.
Friends. Young love. Laughter.
From what I used to feel, and now will reside as memories.
Will it stay the same? Will you stay the same?

Penulisjournal.

adventurer

Satu yang tidak pernah bergerak mundur... waktu. Satu titik pivot dalam hidup adalah ketika gue memutuskan keluar dari full-time vendor wedd...