30.7.15

Lie

You were funny, girly, lovely
And now, I don't know you at all
Oh, a great big liar, that's how I see you now
Don't talk to me, don't speak of me
Can you stop?

Past memories that we had, just throw it up
Since yesterday, it just build up stress on my head
Tiring, boring, "Hey, what are you talking about?"
Your life? Ha. I don't care what happens to you now

Live your own life, as I live my own.
Why care? Let's cut all this ties, all this shitty drama
I know you got bored, so why continue this?
I can be better off without you, just go away

15.7.15

gerbang baru

Berjalan di depan pintu gerbang sekolah, sambil mengenggam tangan seorang wanita. Di tengah keramaian, bel pun berbunyi. Lalu dengan berat hati, gue perlahan melepas genggaman tangan itu, dan
berjalan lurus, sedikit demi sedikit, namun akhirnya gue merasa gak kuat, gue dengan kencang... nangis.

Gue yakin kalau tidak dijelaskan lebih lanjut, cerita ini akan terkesan sangat absurd. Jadi ini adalah awal dari cerita ketika gue mengingat masa TK gue.

Di saat TK dulu, gue akan selalu digandeng nyokap, dan berhenti sejenak di depan pintu pembatas masuk. Gue selalu merasa, ketika gue melewati pintu gerbang berwarna silver ini, gue seolah akan dipaksa menjadi dewasa. Selalu ada rasa takut dalam diri gue, lalu nyokap akan selalu membujuk gue dan gue pun berjalan masuk, dan gue juga selalu nangis dulu sebelum masuk kelas.

Ketika gue berpikir lagi, kejadian itu terjadi 14 tahun yang lalu. Bahkan gue sekarang udah gak perlu masuk lagi ke pintu gerbang yang selalu gue lewati.

Gue memasuki pintu gerbang yang baru, Universitas. Jujur, gue kembali merasa takut.

Dibandingkan saat gue masih kecil, ketakutan gue adalah karena gue harus pisah dari nyokap, ketemu sama temen-temen yang ngeselin, dipaksa makan nasi pake kuah wortel yang sangat gak gue suka, dan ikut pelajaran olahraga di mana gue gak bisa olahraga.

Tentunya gue tahu, ketika masuk kuliah, gak ada satupun dari hal-hal diatas yang akan menjadi ketakutan gue sekarang. Nyokap emang gak nganter gue lagi semenjak SD kelas 6, gue selalu bermain hanya di temen-temen yang gue anggep enak, gue makan apapun yang gue suka, dan... gue emang tetep gak bisa olahraga jadi yaudah.

Gue hanya berharap, gue bisa beradaptasi dengan situasi dan kondisi baru yang akan gue hadapi ini. Gue gak meminta agar gak ada hal buruk yang terjadi, tapi kalau nanti ada, semoga gue bisa mengatasinya dan hal buruk itu bisa jadi topik yang seru untuk posting blog selanjutnya. (Karena gue sekarang bener-bener kehabisan ide...)

I have no idea,
Penulisjournal.

8.7.15

Nginep di Sickhouse

Nyamuk aedes aegypti. Seekor nyamuk yang bisa membuat seseorang menghabiskan 5 juta dalam 1 malam. (Tapi sayangnya habis bukan buat party.)

Untungnya seseorang yang cukup malang untuk terkena penyakit DBD ini bukanlah gue, tapi temen deket gue.

Beberapa bulan terakhir ini, 2 orang teman lain juga terkena DBD, sekarang giliran dia, dan gue lagi berusaha memecahkan pattern untuk mengetahui kapan giliran gue. #finaldestination(?)

Anyway, ketika gue menulis tulisan ini. Gue sedang berada di kamar VIP RS PIK, nomor 7511. Jam 4.15.

Gue nginep karena kasian sama dia, lalu gue nginep juga karena besok gabut dan gak tau mau ngapain. Setelah gue pikir-pikir, 90% alesan gue nginep ada di yang kedua. Karena jujur, manusia emang seneng melihat orang lain tersiksa, apalagi temen sendiri.

Supaya gue gak keliatan semacam psikopat gak berperasaan, dari kecil pun kita udah main tepok nyamuk pake kartu, tiap ada yang kepukul, terus teriak kesakitan, kita malah seneng. Barusan gue dan temen gue, melihat si korban (yang kena penyakit), di infus. Gue agak sulit menjelaskan dengan bahasa dokter, tapi secara visual dan simpel, infus adalah tusuk-jarum-di-kulit.

Dari kalimat gue barusan, dapat ditarik 2 kata penting. 'Tusuk' dan 'Jarum'.

Si korban nanya ke suster, 'Sakit gak sih di infus, Sus?'
Sambil persiapin alatnya, dia menjawab, 'Ah, cuman kayak di gigit semut.'

'Iya semut, tapi diatas semutnya ada tawon.' Kata temen gue.
Lalu gue bilang, 'Kalo cewek sih sakit, Nic. Kalo cowok, enggak.'

Terus dia malah diem, mukanya terlihat berpikir. Dari apa yang gue tebak, dia lagi meyakinkan dirinya, kalau dia bukan cewek.

Akhirnya, infus pertama dalam hidup dia berjalan dengan lancar. Hasilnya bagus. (Gak tahu sih lihat bagus atau jeleknya darimana, dan gue sebenernya gak gitu peduli juga...)

Sebelum gue nginep, gue pergi makan dulu sama temen gue, tinggalin si korban sendirian bersama TV dan hape dia yang udah lowbat. Kenapa lowbat? Karena cas-an dia gue pake buat ngecas hape gue, hehehe.

Pas balik, eh kampret. TV menyala dengan suara kecil, dan dia udah ketiduran kayak baby. (Baca: kayak babi). Ngorok, pules, iler kemana-mana, cuma kurang bau kandang aja.

Sebagai teman yang baik, gue mematikan lampu-lampu dan menyalakan lampu redup. Tapi sayang sekali, gue malah membangunkan orangnya karena gue berisik ketika lagi matiin lampu.

Karena gue emang gak berniat jagain orang tidur, gue pun tidur. Tapi setelah 2 jam, entah semacam karma, gue seperti tidak diijinkan tidur dan mendadak terbangun... karena kedinginan. Waktu menunjukkan pukul 3.56. Tau-taunya temen gue juga ikut kebangun, emang sekalipun sakit, jiwa satpamnya memang tidak bisa hilang. Jadi, gue matiin ACnya.

Dan lagi, gue gak bisa tidur.

Hal yang tadinya bikin gue ketawa, sekarang malah bikin gue gak bisa tidur. Alat infusnya, mengeluarkan suara tetesan kayak suara AC bocor.

In the end, karena gak bisa tidur, gue mengambil hape dan menuliskan kata per kata tentang bagaimana gue melewati malam ini disini.

Masih gak bisa tidur...
Penulisjournal.

adventurer

Satu yang tidak pernah bergerak mundur... waktu. Satu titik pivot dalam hidup adalah ketika gue memutuskan keluar dari full-time vendor wedd...