25.2.12

Gigiku, bertahanlah!

Haah, gigi gue sakit banget. Prediksi gue sih geraham bawah kanan. Rasanya nyeri-nyeri gitu. Setelah kompromi sama nyokap, gue sukses bakalan dibawa ke klinik dokter gigi deket rumah.

Sampe di klinik, gue sama nyokap gue naik bareng. Dan ternyata banyak orang yang dateng. Sekitar 7 orang. Dokternya dibagi jadi dua. Ada dokter umum sama dokter gigi. Gue pun menganalisis ala Conan untuk nyari yang mana yang masuk ke dokter gigi.

Orang 1: Om-om kumisan.

Dari kumisnya, keliatan kayak kumis tempel harga goceng yang ditempel cuma buat bikin dia keliatan garang. Eh, kenapa gua malah bahas itu. Intinya, om itu pasti masuk ke dokter gigi. Kenapa gue tau? Soalnya dia barusan masuk ke ruangannya.

Orang 2: Tante, beserta dua anaknya, cewe kecil dan cowo big size, 15 tahun.

Ini agak susah, perlu gue teliti, kayaknya yang sakit gigi itu anaknya yang gede. Soalnya dari tadi si tante diem-diem main hape dan anaknya yang kecil terus senyum-senyum pamer gigi.

Orang 3: Pemuda jenggotan

Dia keliatannya.. Err, dia udah masuk ke ruang dokter umum.

Orang 4: ...

Akhirnya setelah skip 30 menitan, tinggal satu orang lagi dan gigi gue bakalan mendingan.

Dan gue akhirnya masuk ke ruang eksekusi. Dokternya menyambut gue. Dan gayanya agak ngelambai gitu, layaknya dokter banci. Mungkin kalo ditanya dokter favoritnya, mungkin dia bakalan jawab dokter Boyke dengan mantap.

Dan baru gue sadari, dokter gigi ini dari tadi senyam-senyum mulu. Senyumnya pepsodent abis. Waktu lagi dicek mendadak dia bilang, "Wah, gigi kamu lobang gede sampe saraf."

Anjrit.

(۳˚д˚)۳

"Tapi ga dicabut kan, Dok?"
"Enggak."

"Eh! Yang sebelah kiri patah ancur. Ini harus dicabut."

Ternyata gue gak bisa senyum dengan gigi sempurna sekarang.

Akhirnya gigi gue ditambel sementara. Abis itu gue disuru balik lagi minggu depan untuk dieksekusi oleh si dokter banci.

Senyum Pepsodent,
@DionisiusKevinn

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komen biar dapet permen.

adventurer

Satu yang tidak pernah bergerak mundur... waktu. Satu titik pivot dalam hidup adalah ketika gue memutuskan keluar dari full-time vendor wedd...