3.9.15

Terminal Pluit

Bus Transjakarta. Transportasi umum berwarna oranye, seharga 4.000 rupiah yang jadi sering gue pakai semenjak masuk kuliah.

Kenek mirip Doraemon
Karena gue gak adalah anak bodoh yang gak tahu jalan, gak bisa baca peta, dan gak punya insting supir yang baik. Akhirnya dengan kendaraan ini gue pergi ke Univ.

Tapi...

Menyesuaikan harganya yang murah, kualitas bus ini juga kadang murahan.

Jarang-jarang halte bisa sesepi ini...

Biar gue kasih lu gambaran, kehidupan anak Untar yang pulang jam 3 siang naik busway.

Diantara 24 jam dalam 1 hari, matahari itu paling panas jam 1-3 siang, dan panas itu tentunya memicu keringat untuk keluar. Jam 3, kebanyakan semua karyawan lagi pada cari makan, jadi kesimpulannya busway padat penumpang, desak-desakan, bau keringet, dan karena kualitas bus yang tidak mendukung. ACnya rusak. Gak perlu gue jelaskan lebih lanjut, kondisinya sedikit kurang agak mirip dengan sauna.

Lalu gue mencari nomor gubernur Jakarta, dan gue sms untuk laporin ketidaklogisan temperatur busway ini. Karena gue yakin, Pak Ahok pasti gak pernah naik busway jam 3 siang.

Lalu, setelah 5 hari naik bus maksiat ini, hati gue menjerit, gue udah gak sanggup lagi... (Dramatis)

Pemandangan sehari-hari
Akhirnya, gue belajar jalan ke Univ, dengan motor.

Positifnya, gue bisa pulang pergi dengan gampang. Negatifnya, bensin jadi berkurang lebih cepat, bukan karena jauh, tapi karena gue, bahkan sampai hari ini masih sering nyasar.

Terimakasih Untar, moral of the story: Jadi orang... jangan bego-bego amet.
Penulisjournal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komen biar dapet permen.

adventurer

Satu yang tidak pernah bergerak mundur... waktu. Satu titik pivot dalam hidup adalah ketika gue memutuskan keluar dari full-time vendor wedd...